Relatifitas Waktu, Teropong, dan Persepsi


Relatifitas Waktu

Waktu itu relatif, sehingga pendapat akan kebutuhan waktu akan menjadi subyektif. Dalam perspektif manajemen, dinyatakan bahwa rencana jangka pendek adalah 1 tahun, rencana jangka menengah adalah >1-3 tahun, dan jangka panjang adalah >3-5 tahun. Bahkan, jangka menengah dan jangka panjang ada perbedaan karena ada yang menyatakan bahwa di atas 1 tahun adalah jangka panjang. Dengan demikian, menyelesaikan pekerjaan dalam waktu 5 tahun dapat dikatakan cukup untuk melakukan perubahan.

Dalam era digital, disruptive, dan transformatif seperti ini, kebutuhan untuk menyelesaikan suatu masalah dalam waktu cepat dan efektif sangat dibutuhkan. Bahkan, ketika muncul rencana jangka panjang 3 tahun, 5 tahun, dan 25 tahun agak diragukan ketepatannya untuk menyelesaikan suatu masalah atau melakukan perubahan. Oleh karena itu, hal yang paling penting dan kritis adalah menentukan rencana atau langkah yang tepat dalam melakukan perubahan, Waktu yang panjang pada era ini tidak cukup tepat karena perubahan lingkungan sudah begitu cepatnya.

Beberapa fenomena menarik antara lain cepatnya pergantian pemimpin. Beberapa fenomena penggantian pemimpin seperti pelatih bola, periode launching produk, dan lain-lain. Pelatih bola pun saat ini memiliki era rata-rata yang lebih pendek dibandingkan dahulu. Selain dikarenakan perspektif manajemen, pelatih bola diharapkan dapat cepat membangun tim dengan solusi-solusi yang efektif dan cepat seperti pembelian pemain potensial, pembangunan fasilitas, dan juga penggunaaan social media. Teknologi juga berkembang sangat cepat, sehingga kalau dulu setiap produsen smartphone mengeluarkan seri produk terbarunya setiap 3 tahun sekali, kemudian pendek menjadi 2 tahun sekali, dan sekarang paling pendek adalah 1 tahun sekali akan muncul produk baru. Perusahaan otomotif pun berusaha merubah desain mobil saja pada keluaran setiap tahunnya, untuk menunjukkan bahwa ada perubahan dalam seri terbarunya.

#5TahunCukup

Teropong

Teropong digunakan untuk melihat benda jauh menjadi lebih dekat dan jelas. Hal ini diperlukan untuk memastikan detail benda yang ingin dilihat. Dalam mengenal seseorang, akan sangat penting kita mengenal dengan dekat dan bukan dari jarak jauh. Jarak jauh dapat diartikan seperti membaca berita dari artikel, social media, atau oihak-pihak tidak langsung yang juga tidak mengenalnya secara dekat. saya coba ambil 3 ukuran yang diperlukan untuk dapat mengenal seseorang dari situs ini. ‘

Umar memiliki tiga ukuran untuk menimbang benarkah seseorang mengenali orang lain ?
Satu hari ketika seseorang memuji kawannya dalam persaksian sebagai orang baik, ‘ Umar bertanya padanya, ” Apakah engkau pernah memiliki hubungan dagang atau hutang piutang dengannya, sehingga engkau mengetahui sifat jujur dan amanahnya ?”
” Belum,” jawabnya ragu.
Pernahkah engkau,” cecar Umar, ” Berselisih perkara dan bertengkar hebat dengannya sehingga tahu bahwa dia tidak fajir dalam berbantahan?”
” Ehm, juga belum…”
Pernahkah engkau bepergian dengannya selama 10 hari sehingga telah habis kesabarannya untuk berpura-pura lalu kamu mengenali watak-watak aslinya ?”
” Itu juga belum. “
Kalau begitu pergilah kau, hai hamba Allah. Demi Allah kau sama sekali tidak mengenalnya !”
itu adalah langkah untuk dapat mengenal seseorang lebih dekat, sehingga berita lain masih perlu divalidasi (tabayun) bahkan bertanya lebih dekat dan langsung untuk menanyakan pendapat dan akhlak kesehariannya.

Keterbatasan teropong adalah perspektif. Perspektif sangat dipengaruhi oleh jarak dan arah. Teropong hanya dapat melihat dari satu perspektif. Berbeda dengan teknologi terbaru saat ini bahwa sudah ada kamera 360 derajat. Kita dapat memutarnya sehingga kita dapat meilihat suatu benda dari segala sisi. Walaupun, kita masih memerlukan interpretasi untuk dapat menetapkan benda itu seperti apa.

Perspektif ini yang suka digunakan media untuk membuat judul provokatif, mengambil sisi berita dari suatu fenomena atau fakta, dan lain sebagainya. Teropong ini masih kurang cukup bagi kita untuk dapat mengenal atau menyimpulkan suatu pandangan.  Pandangan tersebut perlu divalidasi dan dalam paragraf sebelumnya kita perlu bertanya langsung kepada yang bersangkuta. Hal ini sangat penting untuk memastikan kebenaran suatu fakta atau menyimpulkan tentang seseorang.

#Hati2

Persepsi

Dalam beberapa waktu yang lampau, suka diberikan contoh bahwa seseorang lebih memilih memiliki rumah besar walaupun di ujung dunia. Rumahnya besar karena relatif terhadap rumah-rumah sekitarnya sehingga rumahnya dilihat sebagai rumah yang besar. Artinya, dia ingin membangun persepsi bahwa rumahnya besar padahal kalau dibandingkan dengan rumah di kota akan tetap dianggap rumah besar terlebih lagi dari perbandingan harga.

Persepsi ini sangat dipengaruhi oleh teropong kita. Teropong kita sangat dipengaruhi dari bacaan, dan apa yang kita lihat serta dipengaruhi oleh internal. Persepsi juga menjadi relatif kebenarannya karena masih bersifat subyektif. oleh karenanya, persepsi itu harus terus divalidasi dan tidak mudah terbawa pada persepsi yang masih relatif sehingga mengambil kesimpulan dan keputusan yang salah.

Diantara banyak hal ini, informasi sudah sangat banyak yang beredar dan dapat mempengaruhi segala persepsi kita. Dari sekian banyak informasi, saya mempercayai informasi yang disampaikan Tuhan dalam kitab-Nya. Walaupun itu berupa keyakinan, namun keyakinan itu bagi saya sudah memvalidasi dari berbagai informasi sehingga saya meyakini kebenaran keyakinan itu. Keyakinan menjadi bersifat pribadi yang tidak dapat diganggu gugat, namun mempengaruhinya menjadi hak setiap orang untuk memberikan informasi. Keyakinan terhadat Tuhan menjadi sangat penting, karena posisi kita sebagai manusia. Kita akan menjadi manusia yang pasti mati.

Walaupun pandangan terhadap  kematian itu menjadi relatif bagi setiap orang, namun minimal saya ingin menjadi orang yang beruntung. BEredar banyak informasi tentang keyakinan terhadap Tuhan dan keyakinan tidak ada Tuhan. Namun, keyakinan terhadap Tuhan masih sangat menguntungkan karena kalau ternyata Tuhan tidak ada, maka tidak masalah dengan keyakinan itu. Hal itu akan berbeda dengan keyakinan tidak ada Tuhan, maka ketika Tuhan itu ada maka dia termasuk orang yang tidak beruntung.

Keyakinan terhadap Tuhan juga sangat banyak, sehingga bagi yang menganggap bahwa hitup itu penting maka dia perlu mencari kebenaran akan keyakinannya. Dia perlu bandingkan semua keyakinan hingga dapat mengambil keputusan dan kesimpulan bagi dirinya akan keyakinan itu. Nah, dalam hal ini kita juga akan menggunakan teropong. Teropong yang tepat baik dengan jarak dan arah yang 360 derajat. Cari keyakinan itu, dan validasi persepsi kita terkait segala sesuatunya.

#OrangBeruntung