I’tikaf


Ramadhan kali punya nuansa berbeda. Berbeda karena tidak lama ditinggal ayah tercinta. Saat-saat terdekat selalu dibayangi kehadiran Ayah yang pada ramadhan ini tidak ada. Mungkin itu menjadi situasi wajar manusia bahwa kita tersentuh dengan orang terdekat yang meninggalkan kita.

Namun, adakah yang salah dengan kita?
Mengapa kita tidak menangis saat  bermunajat pada Alloh?

Pertanyaan itu datang tiba-tiba dari yang paling dalam menjadi introspeksi diri saya. Saya pernah mengalami dekat dengan Alloh walaupun ayahku masih ada. Mungkin, dipanggilnya Ayahku menjadi nasihat buatku. Manusia pasti mati, saya kamu dan kita semua pasti mati. Hidup dunia ini hanya sementara, karena kita semua akan mati. Saya pasti akan menyusul ayahku nanti.

image

I’tikaf ini baru dan kembali kulakukan setelah sekian lama. Dengan penuh harap, semoga Alloh mengampuni dosaku. Semoga ramadhan ini menjadikan ku lebih dekat dengan Alloh dan lebih bertakwa. Aamiin.

image